LPA

Darurat Perdagangan Anak di Malang, Jadi Pelayan Kafe Hingga Kurir Narkoba

Ketua LPA Kota Malang Joko Nunang saat ditemui awak media. (Foto: Nurlayla Ratri/MalangTIMES)
Ketua LPA Kota Malang Joko Nunang saat ditemui awak media. (Foto: Nurlayla Ratri/MalangTIMES)

MALANGTIMES – Masalah perdagangan manusia atau human trafficking masih menjadi momok di Kota Malang, terutama bagi anak-anak. Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Malang mencatat jumlah kasus percobaan perdagangan anak di awal 2019 ini mencapai 7 kasus. Sementara pada 2018 lalu, angkanya mencapai 19 kejadian.

Ketua LPA Kota Malang Joko Nunang mengungkapkan, perdagangan anak masih seperti fenomena gunung es. Artinya, dari jumlah yang terlapor dan terproses baru sebagian kecil saja. “Pekan ini juga ada laporan masuk, total di awal 2019 ini sudah ada 7 laporan. Pada kenyataannya memang seperti gunung es,” tutur Joko.

Dia mengungkapkan ada berbagai modus yang digunakan para pelaku perdagangan anak. “Modusnya, ada blogger-blogger yang membohongi tawaran mencarikan pekerjaan. Mereka datang ke lembaga-lembaga pendidikan setingkat SMK,” terangnya.

Pasalnya, anak-anak lulusan SMK mudah terbujuk untuk langsung terjun ke dunia kerja. “Seolah-olah mereka siap untuk menghadapi dunia kerja tapi kenyataannya mereka kan belum tentu siap. Nah, di situ celah menawari kerja,” paparnya.

Kalau ditelusuri, lanjut Joko, ternyata anak-anak itu dipekerjakan di kafe dengan upah tidak layak. “Kerja di kafe, nanti mengarah ke dunia hitam. Mereka juga dijadikan kurir barang haram. Kan nggak menyangka kalau anak-anak itu bisa mengelabui aparat,” paparnya. Menurut Joko, kasus anak menjadi kurir narkoba sendiri sudah pernah terjadi di Kota Malang.

Joko menyebut, pihaknya berjejaring dengan Unit P2TP2A Kota Malang dan juga PPA Polres Malang Kota. “Untuk LPA, ada 19 kasus di 2018 lalu. Contohnya kami memulangkan 3 orang anak yang dipekerjakan di Bali, dua anak dipulangkan paksa dari NTT,” paparnya. Selain itu juga penggagalan anak yang mau dipekerjakan di Batam.

“Dan juga ada yang dijanjikan pekerjaan di pertokoan atau mall. Ternyata mau dikirim jadi TKI ilegal dengan pemalsuan dokumen,” tutur pria yang juga Kepala SMA Panjura itu. Joko menyebut saat ini pihaknya menggencarkan upaya sosialisasi terhadap semua elemen.

“Yang paling utama itu sosialisasi ke pengajian, dasa wisma, sekolah. Agar anak-anak jangan mudah percaya orang yang menawarkan kerja mudah gaji banyak,” pungkasnya.

128 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *